- Sejarah tari Gandrung Banyuwangi
Gandrung
Banyuwangi adalah salah satu jenis tarian yang berasal dari Banyuwangi. Istilah
Kata “Gandrung” diartikan sebagai terpesonanya masyarakat Blambangan
yang agraris kepada Dewi Sri sebagai Dewi Padi yang membawa kesejahteraan bagi
masyarakat.
- Pertunjukan
Sejarah
Tari Gandrung Banyuwangii dibawakan sebagai perwujudan rasa syukur
masyarakat setiap habis panen. Kesenian ini masih satu genre dengan seperti
Ketuk Tilu di Jawa Barat, Tayub di Jawa Tengah dan Jawa Timur bagian barat,
Lengger di wilayah Banyumas dan Joged Bumbung di Bali, dengan melibatkan
seorang wanita penari profesional yang menari bersama-sama tamu (terutama pria)
dengan iringan musik (gamelan).Gandrung merupakan seni pertunjukan yang
disajikan dengan iringan musik khas perpaduan budaya Jawa dan Bali.
Tarian dilakukan dalam bentuk berpasangan antara perempuan (penari gandrung)
dan laki-laki (pemaju) yang dikenal dengan “paju”.
- Busana
- Pakaian :
Tata
busana penari Sejarah Tari Gandrung Banyuwangi khas, dan berbeda dengan
tarian bagian Jawa lain. Ada pengaruh Bali (Kerajaaan Blambangan) yang tampak.
- Bagian Tubuh :
Busana
untuk tubuh terdiri dari baju yang terbuat dari beludru berwarna hitam,
dihias dengan ornamen kuning emas, serta manik-manik yang mengkilat dan
berbentuk leher botol yang melilit leher hingga dada, sedang bagian pundak dan
separuh punggung dibiarkan terbuka. Di bagian leher tersebut dipasang
ilat-ilatan yang menutup tengah dada dan sebagai penghias bagian atas. Pada
bagian lengan dihias masing-masing dengan satu buah kelat bahu dan bagian
pinggang dihias dengan ikat pinggang dan sembong serta diberi hiasan kain
berwarna-warni sebagai pemanisnya. Selendang selalu dikenakan di bahu.
- Bagian Kepala :
Kepala
dipasangi hiasan serupa mahkota yang disebut omprok yang terbuat
dari kulit kerbau yang disamak dan diberi ornamen berwarna emas dan merah serta
diberi ornamen tokoh Antasena, putra Bima yang berkepala manusia raksasa namun
berbadan ular serta menutupi seluruh rambut penari Sejarah Tari Gandrung
Banyuwangi. Pada masa lampau ornamen Antasena ini tidak melekat pada mahkota
melainkan setengah terlepas seperti sayap burung. Sejak setelah tahun 1960-an,
ornamen ekor Antasena ini kemudian dilekatkan pada omprok hingga menjadi yang
sekarang ini.
- Bagian Bawah :
Sejarah
Tari Gandrung Banyuwangi menggunakan kain batik dengan corak
bermacam-macam. Namun corak batik yang paling banyak dipakai serta menjadi ciri
khusus adalah batik dengan corak gajah oling, corak tumbuh-tumbuhan dengan
belalai gajah pada dasar kain putih yang menjadi ciri khas Banyuwangi. Sebelum
tahun 1930-an, penari gandrung tidak memakai kaus kaki, namun semenjak dekade
tersebut penari gandrung selalu memakai kaus kaki putih dalam setiap
pertunjukannya.
- Musik Pengiring :
Musik
pengiring untuk gandrung Banyuwangi terdiri dari satu buah kempul atau gong,
satu buah kluncing (triangle), satu atau dua buah biola, dua buah kendhang, dan
sepasang kethuk. Di samping itu, pertunjukan tidak lengkap jika tidak diiringi panjak
atau kadang-kadang disebut pengudang (pemberi semangat) yang bertugas
memberi semangat dan memberi efek kocak dalam setiap pertunjukan Sejarah Tari
Gandrung Banyuwangi. Peran panjak dapat diambil oleh pemain kluncing. Selain
itu kadang-kadang diselingi dengan saron Bali, angklung, atau rebana sebagai
bentuk kreasi dan diiringi electone.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar